KEHIDUPAN SESUDAH MATI
Pandangan mengenai pemusnahan roh itu berkaitan erat dengan keyakinan kristen tradisional. Kekristenan tradisional percaya bahwa manusia memiliki roh dan ‘roh itu kekal’ karena itu kematian hanya menghasilkan keselamatan kekal atau hukuman kekal bagi roh itu. Ajaran reinkarnasi dalam agama-agama mistik (seperti Hindu) menunjukkan adanya kepercayaan bahwa roh itu kekal dan dipercaya akan hidup berkali-kali dalam tubuh yang berganti-ganti melalui jangka waktu yang lama sekali.
“Dan
banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah,
akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk
mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal.
. . . Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi
orang benar ke dalam hidup yang kekal.“ (Daniel 12:2; Matius 25:46)
Ayat diatas
baik dari Perjanjian Lama (Daniel) maupun Perjanjian Baru (Matius)
menyiratkan secara eksplisit bagaimana keadaan orang yang mati, yaitu
ada kehidupan sesudah mati, dan orang benar akan masuk ke dalam hidup
yang kekal dan orang jahat kedalam kengerian/siksaan yang kekal. Dua
kondisi kekal yang terbuka sebagai pilihan manusia yang menjalani hidup
di bumi ini.
Ayat-ayat
diatas dan juga banyak ayat lainnya menyiratkan dengan jelas kehidupan
sesudah mati yang akan dialami manusia, dan sekaligus menunjuk kepada
surga dimana terdapat kesejukan dan kehadiran Allah dan neraka sebagai
tempat hukuman dengan api yang menyala-nyala terus. Kepercayaan tentang
dua tujuan setelah kematian ini dipercaya oleh umumnya gereja-gereja
kristen tradisional, namun pada abad XIX mulai ada pandangan yang
menyimpang dari keyakinan tradisional diatas yang dicetuskan oleh
sekte-sekte yang berkembang pada abad itu.
Pemusnahan Tanpa Neraka
Pada abad
XIX timbullah sekte-sekte yang menggugat keberadaan neraka dan hukuman
yang kekal dan memberikan penafsiran berbeda mengenai nasib yang akan
diterima orang berdosa. Diawali secara dini oleh ‘7th day Adventist’
terjadi penolakan terhadap neraka sebagai tempat hukuman kekal, mereka
beranggapan bahwa orang jahat yang mati kelak akan dihanguskan dan musnah
(annihilated), pandangan mana juga dipercaya oleh Saksi-Saksi Yehuwa
dan juga oleh aliran-aliran yang ditimbulkan oleh gerakan adventisme.
Saksi-Saksi Yehuwa berpandangan bahwa manusia itu terdiri dari jiwa, dan
pada waktu manusia mati jiwa itu juga mati (pada kematian kedua, pada
kematian pertama yang mati hanya tidur).
Pandangan
mengenai pemusnahan roh itu berkaitan erat dengan keyakinan kristen
tradisional. Kekristenan tradisional percaya bahwa manusia memiliki roh
dan ‘roh itu kekal’ karena itu kematian hanya menghasilkan
keselamatan kekal atau hukuman kekal bagi roh itu. Ajaran reinkarnasi
dalam agama-agama mistik (seperti Hindu) menunjukkan adanya kepercayaan
bahwa roh itu kekal dan dipercaya akan hidup berkali-kali dalam tubuh
yang berganti-ganti melalui jangka waktu yang lama sekali.
Sekalipun
Adventisme beranggapan bahwa roh manusia itu tidak kekal dan sekali
waktu yang jahat akan dimusnahkan, Adventisme masih percaya bahwa Roh
Kudus adalah pribadi Allah sekaligus bersifat kekal, namun aliran-aliran
sempalan dari Adventisme dimulai dari Church of God 7th day dan Gerakan Nama Suci beranggapan bahwa roh kudus itu juga bukan pribadi kekal melainkan hanya tenaga batin Allah. Saksi-Saksi Yehuwa secara total menolak Allah Tritunggal, bagi SSY Roh Kudus hanya tenaga aktif Allah dan roh manusia itu adalah jiwa yang akan lenyap bila manusia mati.
Jadi kita bisa melihat bahwa ajaran anihilasi (tiadanya
neraka dan siksaan kekal) berkaitan erat dengan pandangan mengenai
hakekat roh itu apakah merupakan pribadi yang kekal ataukah tidak, dan
lebih lanjut lagi berhubungan dengan keyakinan lebih tinggi apakah Roh
Kudus itu pribadi yang kekal atau hanya sekedar tenaga batin/aftif
saja..
Apa Kata Firman Tuhan?
Penganut anihilasi beranggapan bahwa Alkitab menyiratkan mengenai pemusnahan yang menunjuk ibarat hangusnya Jerami yang dibakar (Mal.4:1; Mat.3:12) dan juga neraka sebagai tempat pemusnahan tubuh maupun jiwa
(Mat.10:28). Namun ayat-ayat itu sendiri kontroversial, sebab jerami
(tubuh tanpa roh) tidak bisa diumpamakan dengan manusia (tubuh dengan
roh), jadi kalau jerami atau tubuh dibakar memang hangus dan lenyap
namun roh manusia tidak akan mati karena itu satu-satunya cara adalah
berada dalam kondisi hukuman kekal dalam api neraka yang menyala terus
menerus. Dalam Mat.3:12 disebutkan bahwa ibarat ‘jerami dibakar dalam api yang tidak terpadamkan,’
ini menunjukkan bahwa jerami disini menunjuk kepada (tubuh dengan roh)
karena kalau jerami biasa tentu dibakar langsung hangus dan tidak
membutuhkan api yang tidak terpadamkan, api yang tidak terpadamkan hanya
diperlukan karena roh manusia tidak bisa musnah dan hanya mungkin
dihukum secara terus menerus pula.
Dalam
Mat.25:41 disebutkan bahwa api yang kekal diperlukan untuk Iblis dan
malaekat-malaekatnya. Kalau sekedar hanya untuk memusnahkan sekali saja,
apa gunanya sejarah keselamatan (soteriologi) melalui para patriakh,
nabi, imam, dan raja, dan diteriuskan oleh Yesus dan para rasulnya
melalui jangka waktu yang panjang itu kalau sebenarnya Iblis dan
malaekatnya bukan mahluk kekal dan bisa negitu saja dimusnahkan sehingga
terhenti aktivitasnya?
Ayat-ayat
pembuka artikel ini (Dan.12:2; Mat.25:46) menunjukkan mengenai
kengerian/siksaan yang kekal dalam neraka bagi orang jahat. Dalam
Mat.25:46, istilah ‘siksaan yang kekal’ itu paralel dengan ‘hidup yang kekal.’
Neraka juga digambarkan sebagai tempat dimana terus-menerus akan terdengar ‘ratapan dan kertak gigi.’ (Mat.8:12;13:42,50;22:13;25:30). Luk.16:22-24 menunjukkan kondisi ‘kesakitan yang terus-menerus.’ Wah.14:10 menunjuk pada ‘disiksa dengan api dan belerang,’
dan dalam Wah.20:10 disebutkan bahwa ‘Iblis dan yang disesatkannya’
dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang … dan mereka disiksa siang
dan malam sampai selama-lamanya.’ Ayat terakhir ini disebutkan siksaan
yang terjadi ‘siang-malam’ dan ‘selama-lamanya.’ Mrk.9:48 menyebut: ‘di mana ulat tidak mati dan api tidak padam,’ jadi api neraka tidak menghanguskan melainkan menyiksa selama-lamanya.
Mengapa Perlu Berita Tentang Neraka?
Sekte-sekte dan orang modern tidak
lagi mau percaya adanya neraka, mereka menyebut bahwa siksaan terus
menerus dan adanya neraka tidak sesuai dengan kasih, sebab bukankah para
rasul dan mereka yang selamat tidak akan hidup tenang kalau melihat
tetangganya terus menerus tersiksa dalam api. Firman Tuhan sendiri bukan
hanya menyebut tentang kasih saja tetapi juga berita tentang murka
Allah, ini menunjukkan keadilan Allah. Yoh.3:16 menyebut bahwa ‘barang siapa percaya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal,’ dan ayat Wah.14:10 menyebut: ‘mereka disiksa dengan api didepan malaekat kudus dan Anak Domba.’
Ada
juga yang menyebut bahwa berita tentang neraka hanya cara untuk
menakut-nakuti anak kecil dan orang yang lemah. Sebenarnya ya kalau
neraka tidak ada, tetapi karena Alkitab dengan jelas bercerita tetang
neraka maka kita perlu memberitakannya, karena: “siksaan api kekal
sebagai peringatan kepada semua orang.” (Yud.1:7). Karena itu, umat
kristen yang percaya akan Injil seharusnya berbeban memberitakan kabar
baik tentang surga dan neraka, soalnya kalau saat penghakiman terjadi
tidak ada dalih bagi manusia bahwa mereka tidak tahu adanya neraka.
Sebenarnya
timbulnya penolakan akan adanya neraka dikalangan sekte-sekte abad XIX
sebenarnya timbul karena ketakutan bahwa mereka yang mengajarkan
penyesatan akan masuk neraka, dan sudah terbukti dengan jelas bahwa
sekte-sekte abad XIX menyesatkan umat kepada ‘injil lain’ dan tidak
setia kepada ‘Injil tentang Tuhan Yesus Kristus.’
Amin! ***